goal.com Tahun kemarin bisa dibilang merepresentasikan dunia yang berbeda bagi seorang Andres Iniesta. Setelah cukup lama dikenal 'hanya' sebagai pendamping ideal Xavi Hernandez, gol tunggal di final Piala Dunia sontak mengantar pemain Spanyol itu ke tempat yang jauh lebih terhormat di mata dunia internasional ketimbang sebelumnya.
Satu ayunan kaki kanan di babak extra-time di Soccer City tersebut membuat semua orang ramai memperbincangkan tentang 'El Caballero Palido' alias Si Ksatria Pucat, dan para punditpun sepakat memasukkan lelaki 27 tahun itu dalam jajaran terelite pesepakbola dunia.
Namun, fakta tersebut bukanlah sesuatu yang baru bagi fans Barcelona yang sudah lama mengenal kehebatan Iniesta. Keberhasilan di Afrika Selatan lantas dilanjutkan sang gelandang dengan menyuguhkan performa amat konsisten pada kampanye 2010/11, salah satu musim tersuksesnya sejak menembus tim senior Blaugrana hampir sedekade lalu.
"Dia pesepakbola komplet. Dia bisa menyerang dan bertahan, mengkreasikan juga mencetak gol."
- Pelatih Spanyol, Vicente del Bosque
Sembilan gol Iniesta dari 50 penampilan di semua ajang menyamai statistik terbaiknya dalam urusan menjebol gawang lawan yang diukir pada 2006/07. Sempat bermasalah dengan cedera di edisi 2009/10, Iniesta terbebas dari problem tersebut musim lalu sehingga nyaris tak pernah absen dan selalu tampil segar. Duetnya bersama sang kompatriot, Xavi, yang kebugarannya juga senantiasa terjaga, sukses mengelevasi permainan Barca, yang sebelumnya sudah amat merepotkan klub-klub rival, ke level yang lebih tinggi lagi.
Satu contoh terbaik telepati di antara kedua pemain muncul laga kontra Valencia pada Oktober. Tertinggal 1-0 saat interval, Barca bangkit di babak kedua. Menyusul umpan satu-dua yang menawan dengan Xavi, Iniesta melesakkan gol penyama kedudukan yang mengawali comeback Barca untuk menang 2-1.
MOMEN TERBAIK 2010/11
LA LIGA
ESPANYOL 1-5 BARCELONA
Setelah tribut emosionalnya bagi almarhum Daniel Jarque di final Piala Dunia, Iniesta mendapat sambutan hangat dari suporter Espanyol saat kedua tim bertemu di derby Catalan pada Desember.
Musim lalu juga menghadirkan emosi tersendiri bagi Iniesta. Berkat tribut khususnya untuk kapten Espanyol yang meninggal pada 2009 karena serangan jantung, Dani Jarque, dalam selebrasi gol di final Piala Dunia, playmakermungil itu mendapat sambutan hangat dari fans rival sekota Barcelona itu saat bertamu ke Cornella-El Prat bersama timnya pada Desember.
Publik Espanyol menaruh respek yang begitu tinggi pada sikap Iniesta, yang tak lupa 'mengabadikan' karier orang lain di momen puncak kariernya sendiri. Barca menggilas sang tetangga 5-1 di laga tersebut, tapi tempat Iniesta sebagai salah satu pesepakbola yang paling disukai justru kian solid.
Pep Guardiola pernah mendapat pertanyaan apakah Iniesta memang terlahir sebagai pesepakbola, dan beginilah respons sang pelatih: "Tidak, dia sudah menjadi pemain hebat sejak dalam kandungan ibunya."
Jawaban tersebut seperti sangat beralasan bila melihat caranya menerobos pertahanan, dan menguasai bola dengan kontrol tinggi serta perhitungan tepat. Tak seorang pemain pun yang menyerupainya di era modern dalam aspek atribut all-round.
Kesinambungan dominasi Barcelona lantas semakin ditegaskan dengan pengumuman finalis FIFA Ballon d'Or 2010, yang mencantumkan Xavi dan Iniesta sebagai pesaing Lionel Messi. Meski striker Argentina itu sukses mempertahankan mahkotanya, masuknya nama Iniesta menandakan pengakuan publik dunia terhadap kemampuannya, dan setelah finis sebagairunner-up di kontes tersebut, ia pun memastikan langkah Barca menjuarai La Liga dan Liga Champions.
Iniesta turut berandil membawa The Catalans melewati empat laga el clasico bertensi tinggi kontra Real Madrid dalam rentang 17 hari, catatan yang menjadi fondasi tercapainya titel Liga Spanyol untuk kali ketiga berturut-turut sekaligus mengirim Barca ke Wembley guna menghadapi Manchester United. Kemenangan atas wakil Inggris itu, plus performa Iniesta dan Xavi di lini tengah, menetapkan standar baru yang hingga saat ini hanya menjadi angan-angan bagi tim lain.
"Duetnya bersama sang kompatriot, Xavi, yang kebugarannya juga senantiasa terjaga musim lalu, sukses mengelevasi permainan Barca, yang sebelumnya sudah amat merepotkan klub-klub rival, ke level yang lebih tinggi lagi."
Di usia 27 tahun, Iniesta sudah mengoleksi 17 trofi mayor bersama klub serta negaranya, dan dengan upaya Guardiola yang tak kenal lelah memotivasi skuadnya mencapai kesempurnaan, angka tersebut tampaknya bakal kian bertambah.
Tapi, sejauh apa pun perkembangan Barcelona dalam beberapa tahun ke depan, dapat dipastikan bahwa Iniesta akan selalu berperan vital sebagai jantung permainan tim dan membangun legasi yang setara dengan Xavi.
No comments:
Post a Comment